Langit (2)

Kini giliran Langit yang bercerita. Menyampaikan kata seringkas mungkin berharap Bulan dapat memahami maksudnya. Ia bertanya-tanya, akankah Matahari dapat mendukungnya? Akankah Bulan mau berbicara?

Langit merasa serba salah. Kadang ia merasa Matahari ingin seperti Langit yang lebih sering bertemu Bulan. Kadang Bulan hanya bisa diam karena Langit selalu punya cerita seru bersama Matahari. Langit sangat ingin pergi, kalau bisa menghilang sejenak dari keduanya. Sudah lelah rupanya ia. Muak mendengar cerita sana-sini, termasuk Angkasa yang pernah menyampaikan pesan dari Bulan.

Benarkah Langit salah berpijak? Tidak, tidak ada yang salah berpijak. Ini sudah ditakdirkan bahkan sebelum mereka bertemu. "Wahai Angkasa yang menjadi perantara pertemuan, haruskah aku berbagi kisah?" Kata Langit meminta belas kasih pada Angkasa. Sayangnya ia sudah semakin jauh saja.

Langit sangat ingin bertemu dan berbicara bersama kedua sahabatnya itu. Duduk dengan tenang bercerita dari hulu ke hilir. Menyelesaikan masalah yang tidak pernah kunjung usai. Meski waktu mereka hampirlah usai.

Dalam hati, Langit tahu tidak mungkin ia mampu setega itu meninggalkan mereka berdua. Langit pun paham betul ia tidak sehebat Matahari dan Bulan. Kata-katanya tidak cukup ampuh mengubah jalannya cerita. Namun, semua akan semakin memburuk bila Langit tidak ada. "Kadang, perantara itu dibutuhkan." Kata Langit membesarkan hati.

Langit ingin berkata tapi lebih besar rasa untuk tidak peduli. "Sudahlah, aku sudah berusaha. Semoga Bulan dan Matahari mau mengerti." Bisik Langit pada hatinya.

Komentar

Sering Dibaca

Wreck It Ralph: It's about how much you believe in your self

Senin, 10 Februari 2013

my first entri \^~^/