Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018

Ayah dan Semesta: Happily Ever After

Ada satu cerita yang rasanya ‘nyes’ banget, antara sedih sekaligus damai. Kamis pagi itu, ada seorang tetangga yang datang dan mengajak Ibu ngobrol. Aku juga ada di sana kok, Yah. Hingga sampai pada suatu percakapan seperti ini. “Ayah suka ke pemandian air panas. Mau ke sana lagi, eh, sampai meninggal gak keturutan.” kata Ibu dengan nada sedih. “Yaudah, gak apa-apa, Bu. Di surga nanti ada yang lebih indah dari itu.” kataku menanggapi. Sebenarnya aku juga gak sadar akan bicara seperti itu. Barangkali Allah sedang mengingatkan ku melalui lisan ku sendiri ya, Yah.  Benar, sih. InsyaAllah di akhirat kelak kita akan lebih bahagia dari pada di dunia. Kalau kumpul bersama keluarga dan jalan-jalan dengan mereka aja sudah buat aku bahagia, di akhirat nanti pasti lebih bahagia dari itu kan? Berkumpul dengan orang yang kita cintai. Orientasi hidup kita yang sesungguhnya kan akhirat. Jangan apa-apa orientasinya dunia. Merasa sedih ditinggal Ayah yang sebenarnya cuma berjala...

Ayah dan Semesta: Cibodaskripsi

Ayah, gimana ya? Kok rasanya berat banget pas mau skripsian lagi. Keingat saat Ayah antar ke Cibodas. Kalau disuruh balik lagi ke Cibodas kayanya juga gak akan kuat. It’s really hard for me. “Ke, mau dianterin ke Cibodas gak?” tanya Ayah suatu waktu. “Belum disuruh ke sana, Yah.” begitu jawabku. Rasanya sakit banget kalau kebayang itu. Sebenarnya mau dianterin, tapi kasian Ayah nanti cape. Karena jaraknya cukup jauh. Di sisi lain rasanya sedih gak bisa ke sana lagi bareng Ayah, Ibu, dan Aang kaya waktu itu. Kan sedih lagi. Lalu, tiba-tiba dalam hati ada yang ajak ngobrol. “Emang lu mau pas ketemu Ayah nanti, ditanya ‘skripsi udah kelar belum’ lu jawabnya ‘belum’. Mau kaya gitu?”. “Enggak mau.” jawabku dalam hati “Yaudah makanya kerjain!” Iya, Yah. Aku gak mau malu di depan Ayah nanti. InsyaAllah skripsi akan dikerjakan hingga 100% selesai. Dan semoga Allah memberikan waktu yang cukup untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban lain sebagai seorang anak. Ayah mau apa ...

Ayah dan Semesta: Infinity Charity

Ayah ingat cerita ini? Sore itu kita mengantarkan orang-orang ke Stasiun Perujakan Cirebon untuk pulang ke Jakarta. Aku menemani Ayah berkendara setelah mengantar mereka. Aku ingat betul cerita Ayah sepanjang perjalanan. Cerita yang sangat membekas bagiku, tentang tiga amalan yang terus mengalir. "Tahu gak tiga amalan apa aja yang gak pernah putus?" Tanya Ayah tiba-tiba. Belum sempat menjawab, Ayah sudah melanjutkan perkataannya. "Amal jariyah, doa anak shaleh, dan.. apa?" "Ilmu yang bermanfaat." Jawabku singkat. "Nah, iya itu. Amal jariyah, doa anak shaleh, dan ilmu yang bermanfaat." Ayah menjelaskan ketiga amalan tadi layaknya guru agama dulu. Namun, ada maksud lain yang ingin ia sampaikan. Pada akhirnya, manusia hanya akan membawa amalannya saja. Segala yang dimiliki di dunia akan tetap berada di dunia. Tergerus waktu dan berlalu. "Bagus kalau mau bahagiain orang tua dengan ngasih ini itu. Tapi ngasih doa dari anaknya yang sh...

Ayah dan Semesta

Gambar
Setiap orang punya semestanya masing-masing. Bukan untuk lari dari kenyataan, tapi lebih kepada membentuk ruang sendiri. Ruang untuk menyelami hati, meluapkan emosi, atau sekedar diam menatap kekosongan. Kita membutuhkannya, karena dengan begitulah kita bisa bertahan hidup. Setiap orang punya caranya sendiri untuk masuk ke semesta yang mereka ciptakan. Ada yang baru bisa masuk setelah melakukan perjalanan seorang diri. Ada yang harus menunggu kesunyian malam berdua dengan Sang Pemilik Hati. Ada pula yang punya berbagai cara untuk masuk ke dalam semestanya. Aku pun punya semesta. Kadang masuk dengan menyendiri di pojok ruangan lalu bercerita pada Tuhan. Kadang pergi berkeliling kota mencari cerita untuk di koleksi. Kadang menulis sambil menyelami semesta. Kadang sekedar membuka album foto untuk menelisik masa lalu. Sekarang aku punya semesta baru. Di dalamnya ada aku dan Ayah. Jika kemarin aku yang lebih sering mendengar ceritanya, maka mulai hari ini biar aku yang be...