10 Bintang di Atas Pusat Bumi


Tulisan ini adalah upaya membayar hutang atas janji ku menuliskan kisah tentangmu. Jika kamu belum ada di bagian ini, nantikan bagian selanjutnya, ya. Kali ini aku akan ceritakan kamu yang bagai bintang letaknya di atas pusat bumi. Oh iya, pusat bumi dalam pemahamanku adalah kabah. Karena ke arah sana aku bersujud dalam lima waktu sehari.

Di sini, kamu bisa bebas milih mau baca bagian yang mana. Kemudian sambil baca sekalian dengar Puisi – Jikustik. Kalau mau unduh bisa di sini. Nanti akan aku sampaikan kenapa milih lagu ini. Oke mari kita mulai cerita ini.

1. Perempuan dengan tahi lalat manis
Namanya Mega, dia anak Kominfo pertama yang aku wawancara dulu. Ingat kan kita bertemu di ruang kecil itu dulu? Kaget karena dulu ternyata kita hampir berada pada satu organisasi. Yah, kalau jodoh gak ke mana kan, Meg? Allah memang menakdirkan kita bertemu. Bertemu di waktu paling tepat sebagai peneman manis tingkat akhir aku. Sebenarnya aku suka merasa bersalah sama Mega. Belum bisa jadi kakak yang baik. Belum bisa mengayomi. Karena itu, aku suka khawatir kalau Mega pernah tersakiti dengan kata-kataku yang barangkali menyakitkan. Khilaf memang. Kalau pernah merasa tersakiti, bilang ya. Kasih tau juga cara menebus kesalahannya. Aku sayang Mega, mau lebih sering dengar cerita tentang Mega. Aku siap kok dengan cerita lain tentang teman Mega yang menyebalkan.
Mega, kapan ya kita bisa seru-seruan seperti di farewell? Kapan ya bisa selfie cantik di HP Mega? Mau kan temenin skripsian, gak? Sekali-kali ke LSI bareng? Ah, too much to say. Lalu dari kemarin berpikir, katanya letak tahi lalat sesuai dengan orangnya. Mega punya tahi lalat manis di atas bibirnya. Oh… benar Mega memang rada bawel. Hehehehe tapi aku senang dengar setiap cerita Mega walau barangkali itu sederhana. Iya, sesuatu yang sederhana itu ternyata begitu berarti.

2. Si pipi chubby yang tinggi
Kenal ya pas rapat kabinet pertama. Namanya Ayu, satu-satunya yang sama dengan ku berasal dari Fahutan. Perawakannya juga sama. Ala-ala akhwat gitu, jilbab dan memakai rok. Kenyataannya kita berbeda. Ayu pasti paham sisi apa yang membuat kita begitu berbeda. Hal yang paling mencolok adalah kebiasaan. Ayu sangat tepat waktu dan disiplin. Aku? Wah, parah terlambatnya dan kurang disiplin. Ingat juga saat Kominfo mau karaoke? Ayu menolak dengan alasan yang tepat. Aku pun membenarkan alasan itu tapi terlalu cupu untuk mengambil kuputusan. Kamu keren. Pernah juga sekali saat pergi ke suatu tempat, Ayu dikira sekretaris Kominfo sedangkan aku staff. Hehehe aku kurang berwibawa kayanya.
Bagiku, Ayu itu adik kecil dengan peran besar sebagai kakak tertua di rumahnya. Maaf kadang gak selalu ada buat Ayu. Kadang gak bisa dimintain tolong. Aku cuma bisa menjadi kakak bagi Ayu. Ayu gak punya kakak, kan? Iya pas, aku kan gak punya adik. Aku siap mendengarkan segala cerita Ayu meski tidak pandai memberi nasihat. Kalau mau tau, Ayu punya pipi chubby dan tinggi melebihi aku. Badan Paskibra bangetlah tegap dan tinggi. Kalau foto bareng, jangan lupa rada nunduk, ya.

3. Penyabar yang mengkhawatirkan
Sebelumnya, belum pernah kenal. Bingung orangnya seperti apa. Ternyata adiknya Zuhdi, sama-sama ketua angkatan di departemennya. Sering dibilang suami yang punya banyak istri. Kalau aku bilang ini namanya suami bersertifikasi karena akan menjadi lulusan dari jurusan keluarga. Namanya Rois, hobinya foto dengan penuh totalitas. Hm... atau rada alay lebay, ya?
Rois sering menjadi target utama kalau ada apa-apa, terutama soal pekerjaan di Kominfo. Apalagi dulu jadi PJ dua kegiatan utama. Walau pusing, aku pribadi belum melihat sisi ‘naik pitam’-nya seorang Rois hingga saat ini. Tapi pernah liat sisi lelahnya, sisi bingungnya, dan sisi takutnya saat aku marah di suatu acara. Jujur, aku yang harus minta maaf karena udah marah kaya gitu dulu. See? Sebenarnya aku manusia cengeng. Dulu-dulu sering diam untuk menahan emosi. Karena saat marah, akan meluap kemudian nangis. Jadi lebih baik memilih diam, dalam kesabaran, kan? Mungkin alasan itu pula yang membuat aku khawatir pada Rois dulu. Dibalik sabarnya, apa yang ia pendam. Dibalik segala curahan hati orang-orang kepadanya, kepada siapa dia akan curahkan isi hatinya. Kalau aku lebih suka cerita kepada Sang Maha Pencipta. Karena memang manusia terlalu lemah untuk mengurus dirinya sendiri, maka serahkan segala urusan pada-Nya.

4. Lelaki berhati kertas
Namanya Iqbal. Dulu pernah ngobrol tentang Iqbal dengan nenek. Kenapa ya dia baperan? Setelah obrolan itu aku sadar, lelaki juga punya hati. Lelaki seperti Iqbal adalah lelaki yang sangat peka. Bahkan, dia bisa merasakan apa yang tidak aku pahami. Lebih dari itu, dia akan mencurahkan perasaannya dengan penuh. Jika sayang, dia akan sayang luar biasa sepenuh hati. Jika yang tersayang disakiti, dia akan menjadi garda terdepan untuk melawan. Dia profesional dan totalitas dalam banyak hal.
Nama sayang lainnya, Cabe. Entah kenapa nama itu muncul. Sepertinya memang sudah melekat padanya. Aku memang lama dalam memahami seseorang. Mungkin sampai saat ini hanya sepersekian tentang Iqbal yang baru aku pahami. Satu hal yang paling aku suka darinya, dia bisa membawa suasana. Lebih tepatnya suasana yang bahagia dan rame. Iqbal juga banyak berubah sejak di awal hingga akhir kepengurusan. Banyak belajar memang anak yang satu ini. Oh iya, aku menyebutnya berhati kertas karena mirip kertas. Jika disentuh dengan air mata, maka ia akan menangis. Jika tersulut api, dia bisa terbakar habis. Kabar baiknya kertas tercipta bukan untuk dibasahi atau dibakar. Kertas tercipta untuk wadah menulis. Hai, lelaki berhati kertas! Jika tersentuh air mata, jangan lupa keringkan. Jika tersulut api, segera matikan. Terakhir, jangan lupa tuliskan KITA pada hati mu. Memang begitu kan? Kamu selalu menuliskan orang yang kamu cinta dengan sungguh-sungguh di dalam hatimu.

5. Sahabat perjuangan yang ditunggu
Pembawaannya menyenangkan. Orang terjujur kalau soal perasaan. Mudah cerita banyak hal. Sering di bilang ibu pejabat, mirip ibu pejabat memang. Namanya Devira, panggil aja Dev. Bingung pertama kali ketemu, khawatir salah memberikan first impression. Ternyata benar, kata Dev aku terlihat menyeramkan. Secara background yang pernah di Kominfo bertahun-tahun dan bisa desain, aku akan menjadi orang yang terlihat sombong. Bukan begitu? Padahal mah gak gitu.
Sempat khawatir Dev susah move on tapi aku belajar tentang move on itu sendiri. Aku pun pernah demikian, cinta begitu hebatnya pada organisasi pertama. Move on atau tidak ternyata bukan sebuah masalah, kita hanya butuh waktu dengan yang baru. Toh Dev tetap profesional di Kominfo. Dev bahkan menjadi tempat tersering anak-anak curhat, terutama yang laki-laki. She is a big Mom. Cocok dipanggil Mom, kalau aku lebih cocok dipanggil ibu (sepertinya). Rasanya kita memang seperti saling mengisi. Ada yang bilang aku dan Dev akan sulit disatukan. Aku mungkin akan keras kepala mendominasi. Kalau kata Dev, ternyata aku tidak demikian. Aku suka dengan setiap idenya, meski aku tidak sering ada untuknya. Dev manusia yang perhatian dan berhati tulus. Suka lucu, ya, kalau liat Dev bingung. Tapi aku memang belum pernah bertemu partner seperti Dev. Tepat memang kita disatukan pada waktu yang manis ini. Walau sedih cuma punya waktu satu tahun bareng di organisasi. Dev, tetap main dan ketemu ya. Kadang aku terlalu pecundang untuk berkata kangen.

Itu tadi cerita tentang 5 dari 10 kisah anak Kominfo. Selanjutnya akan aku ceritakan 5 lainnya. Sudah beberapa hari belum bertemu dengan mereka. Sedangkan orang-orang yang di atas baru saja aku temui tadi. Tunggu cerita selanjut, ya. Aku harus menyusun ingatan ku tentang mereka terlebih dahulu.

***
Aku tidak takut pada banyak hal

Aku hanya takut ingatan ku tentang mu menghilang
Tidak mengapa jika aku yang hilang dari ingatan mu
Tapi jangan sampai kamu yang hilang dari ku

Maka melalui tulisan ini, biarkan aku ikat sisa kenangan itu

Komentar

Sering Dibaca

Wreck It Ralph: It's about how much you believe in your self

Senin, 10 Februari 2013

my first entri \^~^/