Postingan

Ketika Muslim Bekerja Sama

Gambar
Ternyata kita punya projek bersama, ya. Projek yang menjadi perjuangan jutaan orang. Membangun 'Din' dan jangan berpecah belah di dalamnya (QS. 42: 13). Membangun 'Deen' seperti membangun bangunan. Masing-masing kita meletakkan batu bata dan berjuang dengan usahanya masing-masing. Jadi lihatnya secara luas, gambaran besar dari projek kita ini. Semakin banyak orang yang membantu membangun 'Deen' maka akan semakin baik. Tapi, bagaimana memotivasi seseorang melakukan projek ini?  Mari kita lihat bagaimana Allah memotivasi Rasulullah.  Ada 3 golongan yang Rasulullah hadapi saat di Makkah, penyembah berhala, kaum nasrani, dan yahudi. Mereka selalu berkata ini itu pada Rasulullah. "Kenapa sih kamu lakuin ini?" "Kenapa sih lakukin itu?" "Buang waktu tau gak!" Terus menerus mereka berkata demikian. Tentu ini bisa menggoyahkan motivasi kita kan? Apalagi yang berkata demikian adalah orang-orang yang kita cinta dan hormati. Oke, s...

Menemukan Ketenangan Saat Badai

Gambar
Kondisi pandemi seperti ini emang bisa bikin sebagian orang gak tenang. Ada yang usahanya bangkrut, ada yang harus dirumahkan, ada yang bahkan diberhentikan. Mau brand besar atau brand kecil, punya kesulitannya masing-masing. Tempat makan yang terkenal dan besar aja harus turun ke jalan buat menawarkan dagangannya. Terus gimana menemukan calmness di kondisi yang chaos? Rumusnya 3M. Apa aja itu? 1. Menerima Ini adalah akhlak utama seorang hamba. Tenang kepada Allah, yakin akan bertemu dengan Allah, ridho dengan ketetapan Allah, dan merasa cukup dengan pemberian Allah. 2. Mengadu Adukan segalanya kepada Allah. Pekara sendal putus aja harus meminta dan mengadu pada Allah, apalagi perkara yang lebih besar. 3. Merayu. Berikan usaha yang terbaik. Seperti Ibunda Siti Hajar saat mencari air untuk anaknya, Ismail. Ingat, bagian kita itu usaha, hasil dan takdir itu bagian Allah. Jangan ikut campur ya hehe. Simple kan? Mungkin kita malah udah sering dengar pembahasan ini dari para usta...

Nanti Kita Sambat Tentang Hari Ini #1

Gambar
Jadi mau mulai sambat dari mana? Kayanya beberapa hari ini banyak hal yang gue pikirin. Terlintas gitu aja dan lama-lama gue pikir kok berasa penting ya. Gue bukan tipe orang yang mudah lupa perkataan orang. Meski udah gak ada rasa dihati tapi ingeeeet aja bawaannya. Hmmm atau jangan-jangan masih ada rasanya tapi guenya yang gak berasa. Kalo kata Kakak, gue semacam gak punya hati. Maksudnya dalam konotasi baik ya. Kaya kalo disakitin, ya sakit terus gue tinggalin aja lama-lama sakitnya ilang. Kalo diomelin, ya mikir tapi omelannya lama-lama nguap. Rasa-rasa di hati kaya udah yaudahlah gitu aja biasa. Misalnya saat gue nulis ini. Hati gue kok rasanya biasa aja ya. Bener-bener biasa. I feel nothing. Ya gak sedih gak seneng. Makin lama gue ngetik ini makin polosan aja rasanya hati gue. Apa gue emang ga punya hati? Eh tapi dipikir-pikir setengah jam lalu gue masih merasa melow-melow gitu nontonin video BEM. Sejam yang lalu gue merasa takut pas nonton opening PTJ. Sekar...

Nanti Juga Ketemu

Gambar
Dipertemukan dengan orang yang tepat pada waktu yang tepat. *** Suatu ketika kakak gue nawarin buat ketemuan dengan temannya. Temannya ini punya usaha outfit  muslimah yang dibangun bareng kakaknya. “Ke, ada temen gue butuh nge- design  dan content writer buat Instagram.” “Ooh, boleh sih. Kalo d esigner sih oke, kalo content hm... ya dicobalah.” jawab gue rada ragu. Ketemulah lah dengan dua orang ibu muda yang sangat excited berdiskusi soal usaha mereka. Mulai dari bahas tema feed , logo, dan terutama  branding . Setelah ngobrol panjang lebar, diskusi soal fee dilanjutkan di WA. Sempet beberapa kali chat , gue nanyain garis besar content­ Instagram-nya dan mereka nanyain fee per bulan. Kemudian gak nge- chat cukup lama, hingga akhirnya lost contact . Gue rada bingung sih, mau nanya lagi tapi gak enak. Awalnya tentu sedih karena gak jadi dapet kerjaan. Apalagi baru banget lulus. Yah, emang belum rizki kayanya. Lagian gue juga belum tau apa...

Reflection #1: Mindset

Gambar
Nginep di bandara? Awalnya gue pikir ini ide gila. Ngebayangin gimana remuk redamnya badan. Tidur yang pastinya cuma 'riyep-riyep' ditambah perjalanan panjang saat pagi. Masalahnya, kita bakal nginep di bandara 2 kali. Di Jakarta dan KL. Awalnya sih khawatir gimana gitu bakal tumbang. Tapi itu mah kan mindset aja ya. Karena itu gue mencoba husnudzon dengan ide ini. It must be awesome! Gitu aja dah sugesti yang gue bangun selama perjalanan ke bandara. Asik lah ini pengalaman yang beda kan. Pas sampe Bandara Soeta T2, alhamdulillah musholah wanitanya enaaaak banget. Nyaman bobonya dan super ketutup. Berasa itikaf tapi gak ada kajian aja. Mungkin gak enaknya toilet dan tempat wudhu yang jauh, terpisah dari tempat solat. Jadi kalo punya keperluan, kudu pake jilbab dan alas kak. Paginya pun gue cukup seger sih. Gak yang poleng gimana gitu. Malah makin excited aja. Iya ya kadang emang masalahnya di mindset. Kalo kita bisa ngaturnya, insyaAllah amanlah. Atur mindset, ...

Hidup Setelah Kehidupan Kampus

Gambar
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ  Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang Udah bulan Juni aja. Sekitar 5 bulan yang lalu diwisuda ya. Gimana rasanya jadi makhluk pasca kampus? Kata orang-orang ini namanya quarter life crisis. Lagi galau-galaunya nentuin mau ke mana dan ngapain. Dulu mah rasanya hidup gak susah-susah amat buat ditentuin. Lulus sekolah, tinggal pilih lanjutin ke sekolah apa. Kadang malah orang tua yang nentuin, kita tinggal terima jadi. Dan lagi, katanya apa yang kita lakukan sekarang menentukan 5 tahun kita yang akan datang. Makanya kan kadang makin galau aja kita memilih. Apa ya yang baiknya kita lakukan sekarang? Kalo kerja, kerja seperti apa? Kalo lanjut kuliah, apa persiapannya? Kemudian muncullah deretan pertanyaan lain. Sebelum jauh membahas apa yang harus dilakukan sekarang, saya coba tanya ke saya tahun lalu ‘apa yang paling mau saya lakukan pasca kampus?’ Jawabannya, ‘saya mau desain sesuka hati. Ngerjain in...

Kapan Hayo Kamu Ikhlas?

Gambar
Kita tidak tahu kapan kita bisa benar-benar ikhlas. Bisa saat itu juga, meski rada gak mungkin. Bisa besok atau bahkan bertahun-tahun kemudian. Bahkan, kadang kita gak sadar bahwa sudah ikhlas. Jadi, apa indikasi ikhlas itu? Ada yang bilang, saat kita sudah lupa berarti kita sudah ikhlas. Tapi barangkali itu untuk perkara sodakah. Kita tidak ingat pernah melakukannya atau tidak pernah mengungkit-ungkitnya dalam hati. Bagaimana dengan kejadian? Bagaimana dengan cobaan? Sepertinya kejadian sulit akan sulit pula dilupakan. Atau, apa ketika kita sudah merasa biasa-biasa saja merupakan takaran keikhlasan? Beberapa bulan lalu saya sempat berdoa supaya bisa ikhlas. Barangkali rentetan penyesalan akademik membuat saya sering mengutuk diri. “Ya Allah, mau ikhlasin semua itu.” Eh, saya malah diberikan hal lain yang menjadi PR besar untuk belajar ikhlas. Bulan Mei adalah waktu yang berat. Saya mengira-ngira akan ada 2 bentuk perpisahan bulan itu, ternyata ada 3. Perpisahan...