Mike Berkontemplasi




Pernah gak sih kamu ditanyain gini, “ke mana aja lo?” atau begini “baru keliatan nih.” Saya mengartikan ini sebagai ungkapan “ngilang mulu dah.”

Kayanya sering banget saya ngalamin ini. Dulu di rumah dibilang, “di Bogor mulu.” Pas di Bogor dibilang, “pulang mulu.” Sekarang dibilang, “udah lama gak ketemu, ya. Lagi di mana?” Ini ungkapan yang sering saya dapet akhir-akhir ini.

So, where am I actually?

Sebagai jiwa yang mendiami tubuh ini, sebenarnya saya gak merasa hilang. Karena saya selalu melihat diri saya sepanjang waktu. Aneh ya ungkapannya? Intinya, saya masih berada di dunia ini dan sangat aktif media sosial. Jadi, kamu masih bisa mengontak saya dan saya masih bisa tau kabarmu.

Oh, iya. Mungkin media sosial juga membuat saya berpikir tidak benar-benar hilang. Gak tau ya, saya merasa baik-baik saja selama masih bisa ber-chat ria dengan teman-teman. Kalau sangat rindu, pasti akan bilang “di mana? Makan yuk.”

What am I doing these days?

Oke, saya hanya punya satu rumah tetap sekarang. Letaknya di Jakarta. Dulu masih ada tempat tinggal di Bogor. Tapi sekarang, saya manusia nomaden di sana. Karena itu, ke Bogor pun gak sesering dulu. Kalau ada hal penting pake banget, baru saya menuju Bogor.

Akhir-akhir ini, saya ke Bogor hanya untuk alasan tugas akhir yang insyaAllah akan berakhir. Suka nyuri-nyuri waktu buat main sama teman sekali-kali. Itu pun hanya saat malam saja. Pagi hingga siang, saya bermeditasi di fakultas.

But, mostly I stay at home.

Bicara soal seminggu ada tujuh hari, lebih dari setengahnya saya habiskan di rumah. Ngerjain tugas akhir yang sekiranya bisa dikerjain kalau gak buntu. Ngerjain pekerjaan yang emang kerjaannya remote semua, dengan moto kerja “gak punya kantor tapi ngantor di mana-mana.”

Selebihnya, jadi ojek motor buat orang rumah dan ke pasar jika butuh. Iya, dunia saya mungkin tidak seluas dulu. Banyak teman yang saya temui, banyak tempat yang disinggahi. Sekarang jarang saya bertemu banyak teman. Lebih banyak bertemu keluarga.

Sedih? Gak sih. Saya manusia dengan dua sisi introvert extrovert yang hampir berimbang. Dulu sebelum masuk kuliah, sisi introvert di atas sisi extrovert. Pas kuliah, malah sebaliknya. Menariknya, saat beberapa minggu lalu saya mencoba MBTI (lagi), introvert di atas extrovert.

Why? Because I often talk to myself.

Hehehe sebenarnya gak tau sih alasan aslinya. Kadang suka aja sendiri dan berbicara dengan diri sendiri. Bukan kek orang gila, tapi lebih mirip kontemplasi. Mau ngapain, apa yang mau dikerjain, gimana ke depannya. Pada akhirnya saya sampai pada keinginan merenovasi mimpi.

Renovasi ya, bukan rekonstrusi, rekonsiliasi, revolusi, atau re-re yang lain. Visi saya masih sama, niatnya yang perlu diperbaiki, mimipi-mimpi pendukung yang perlu dicek ulang, timeline-nya yang harus ditetapkan. Jangan ingin ini itu tanpa arah gerak yang jelas. Di samping itu, yang paling penting adalah mengutamakan ridho Allah di atas segala-galanya.

That’s the point. Something that I have forgotten for a long time.

Selepas Ayah meninggal, langit rasanya runtuh. Segala hal yang saya lakukan dan mimpikan seperti tidak berarti. Hilang sudah semangat. Sehari dua hari hingga seminggu berlalu, hidup rasanya gitu-gitu aja. Saat itu sedang bulan Ramadhan. Sahur, solat, dan berbuka jadi rutinitas tanpa rasa.

Alhamdulillah Allah menengur, gak tau kenapa hati nanya ke saya, “mau sampai kapan begini? Yang udah ya udah, lakuin apa yang harus dilakuin.” Kesedihan saya saat ini bisa jadi hal biasa bagi orang lain, bahkan ada yang lebih sedih dari ini.

I have to continue everything.

Saatnya melanjutkan hidup dengan lebih hidup. Maka kontemplasi dilanjutkan dengan kesadaran baru. Ternyata selama ini mimpi saya terbatas. Mimpi membahagiakan orang tua hanya sebatas di dunia. Saya lupa dengan akhiratnya. Visi saya menembus langit, tapi orientasi masih di bumi.

Pikiran saya masih terlalu sempit, hanya berani bermimpi tentang saya dan keluarga. Bukankah sebaik-baiknya insan adalah yang bermanfaat untuk sebanyak-banyaknya manusia? Saya lupa bahwa tanggung jawab yang kita emban bukan hanya mengurus diri sendiri.

Visi sudah tepat, mimpi-mimpi menuju visi tersebut yang harus dibenahi. Mungkin mimpi saya selama ini belum berorientasi akhirat, belum benar-benar mengejar ridho-Nya. Mari perbaiki niat, perjelas langkah-langkahnya. Buat road map mungkin? Bismillah, ya. Visi menembus langit maka usaha juga harus melangit.
  
---

Jadi, Mike ke mana? Ngapain aja?
Sebesar ¾ waktu ada di rumah, ¼ ada di kampus dan tempat-tempat lain. Selama Ramadhan lalu, saya kebanyakan kontemplasi. Lalu, sibuk ngerjain tugas akhir dan kerja. Selanjutnya, otw renovasi mimpi sambil kontemplasi lagi yang pasti. Eh, jangan kebanyakan kontemplasi deh. Banyakin doa, tawakal, dan usaha juga dong, ya.

Komentar

Sering Dibaca

Wreck It Ralph: It's about how much you believe in your self

Senin, 10 Februari 2013

my first entri \^~^/